Kamis, 31 Desember 2009

Pembelajaran Efektif model QAIT

Pembelajaran Efektif model QAIT

Slavin (1984) menggambarkan suatu model yang memusatkan pada unsur-unsur model Carrol. Ia menyatakan bahwa guru atau sekolah dapat langsung berubah. Ini disebut the QAIT (Quality, Appropriatness, Incentives,Time), Suatu model pengajaran yang efektif. The QAIT dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Pengajaran yang bermutu (quality of instruction), tingkat dimana informasi dan keterampilan disampaikan sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajarinya. Mutu pembelajaran adalah hasil dari mutu kurikulum dan dari penyampaian pelajaran itu sendiri.

2) Tingkat pembelajaran yang tepat (appropriate levels of instruction), tingkat dimana guru yakin bahwa siswa siap untuk menerima pelajaran baru (karena keterampilan dan pengetahuan itu penting untuk dipelajari), tetapi belum siap untuk belajar mata pelajaran ini. Dengan kata lain, tingkat pengajaran adalah tepat jika suatu pelajaran tidak terlalu sulit, tetepi juga tidak terlalu mudah untuk siswa.

3) Incentive, tingkat dimana guru yakin bahwa siswa dapat dimotivasi untuk melakukan tugas-tugas pengajaran ban belajar materi yang disampaikan.

4) Time (Waktu), tingkat dimana siswa diberikan waktu yang cukup untuk mempelajari bahan-bahan yang diberikan.

Model QAIT memiliki ciri penting, yaitu semua unsur harus tepat untuk pengajaran yang efektif. Seperti telah dketahui bahwa pengajaran yang efektif tidak selalu pelajaran yang baik. Tidak soal bagaimana tingginya mutu pelajaran, siswa tidak akan belajar jika kurang keterampilan yang diperlukan atau kurang informasi pada hal yang penting sebelumnya, atau jika mereka kurang motivasi, atau jika mereka kurang waktu yang dibutuhkan untuk belajar suatu mata pelajaran. Disisi lain, jika mutu pengajaran rendah yang kemudian membuat tidak ada perbedaan seberapa siswa telah tahu. Setiap model QAIT seperti suatu lingkungan mata rantai, dan setiap rantai sama kuatnya dan juga sama lemahnya

Gradasi kehilangan pendengaran


Gradasi kehilangan pendengaran

Gradasi kehilangan pendengaran dapat diukur dengan audiometer. Kekuatan dengar dan hilangnya pendengaran dinyatakan dengan decibel, yaitu satuan yang dipakai untuk menyatakan potensi pendengaran seseorang. Decibel biasanya disingkat dengan db.

  1. Ciri-ciri orang yang kehilangan pendengaran 20 sampai dengan 25 db.
    1. Kemampuan dengarnya masih baik, pada garis batas (borderline) antara pendengaran normal dan pendengaran yang sangat ringan.
    2. Tidak mendapat kesukaran dalam percakapan umum.
    3. Dapat mengikuti sekolah umum, dengan syarat duduk dimuka, dekat guru.
    4. Tidak memiliki kasukaran bicara.
    5. Belajar bicara secara efektif dengan melalui pendengaran.
    6. Harus diperhatikan kekayaan perbendaharaan kata, supaya perkembangan bahasa bicaranya tidak terganggu.
  2. Ciri-ciri orang yang kehilangan pendengaran 30 sampai dengan 40 db.
    1. Mengerti percakapan bahasa pada jarak dekat.
    2. Tidak mengalami kesukaran dalam menyampaikan isi hatinya.
    3. Kurang dapat menangkap percakapan yang lemah.
    4. Agak sulit menangkap pembicaraan kalau pembicaraan tidak terlihat.
    5. Mengalami kelainan pembicaraan kalau tidak mendapat bimbingan yang baik.
    6. Untuk mencegah perkembangan bahasa dan bicara yang kurang baik disarankan memakai hearning-aid.
    7. Dia dapat mengikuti di sekolah biasa.
  3. Ciri-ciri orang yang kehilangan pendengaran 40 sampai dengan 60 db
    1. Mengerti percakapan yang keras dalam jarak dekat.
    2. Tidak dapat mendengarkan bisik-bisik atau detik jam.
    3. Sering salah mengerti kalau diajak bicara secara biasa.
    4. Mengalami kesukaran dalam kelas atao sekolah.
    5. Mempunyai kesukaran bicara dalam melafalkan huruf : a-z-j-k-g-t-k-d.
    6. Kurang benar menggumnakan bahasa.
    7. Kekayaan bahasa terbatas.
    8. Dapat mengerti dengan baik atau daya dengarnya dibantu dengan daya penglihatan dan suara lawan bicara diperkeras oleh alat Bantu dengar.
    9. Belum perlu masuk sekolah luar biasa, tetapi dituntut perlakuan dalam memperkaya perbendaharaan bahasanya dilatih menggunakan bahasa secara baik, belajar membaca, dan menulis secara indifidual.
  4. Ciri-ciri orang yang kehilangan pendengaran 60 sampai dengan 70 db
    1. Perkembangan bicara dan bahasanya tidak tumbuh secara sepontan.
    2. Kualitas suara dapat dilatih dengan baik.
    3. Dapat membedakan bunyi vocal, tetapi tidak dapat membedakan konsonan.
    4. Golongan anak tunarungu ini terletak pada garis batas antara yang kurang dengar, ringan, tidak mendengar.
    5. Perlu memakai alat Bantu dengar.
    6. Memerlukan metode khusus dalam mengajar bicara sebab anak ini sudah tergolong anak tunarungu. Kalau tidak, perbendaharaan bahasa yang sudah dimiliki akan menurun.
  5. Ciri-ciri orang yang kehilangan pendengaran lebih dari 75 db
    1. Tidak mengerti bahasa bila hanya mengandalkan pendengarannya.
    2. Tidak menyadari adanya berbagai macam bunyi disekitarnya.
    3. Bahasa dan bicaranya tidak tumbuh dan tidak berkembang secara sepontan.
    4. Harus belajar membacaujian dan harus dididik disekolah luar biasa.
    5. Tergolong kurang dengar baik, bahkan tuli.
    6. Memerlukan metode khusus pada waktu mengajarnya bicara dan bahasa.
    7. Alat membantu mendengar yang sesuai dengan sisa pendengaranya sangat baik untuk merangsang sisa-sisa pendengaranya

Kapal yang tak tenggelam

Sebuak kapal merapat diPelabuhan Tanjung Api. jika kapal tersebut tingginya 13 meter, sedangkan air pasang 1 meter setiap jamnya? diperlukan waktu berapa jamkah, agar kapal tersebut tenggelam????


Silakan memberikan jawabanya:...

PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Ebbut yang dikutip Kasbolah (1998:13-14) mendefinisikan tindakan kelas sebagai studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindakan praktis dari tindakan tersebut. Dalam penelitian tindakan kelas ini ada beberapa keunggulan yaitu :

1) Peneliti tidak harus meninggalkan tempat dimana dilakukan penelitian.

2) Peneliti dapat merasakan hasil dari tindakan yang telah direncanakan.

3) Bila perlakuan dilakukan pada responden maka responden dapat merasakan hasil treatment (perlakuan) dari peneliti tindakan tersebut.

Penelitian tindakan mengenal adanya empat langkah penting yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Keempat aspek tersebut merupakan momen-momen dalam bentuk spiral dan dipandang sebagai satu siklus (Anonim, 1999:20).



Tes Otak


Jika kamu berada didalam gua yang sangat gelap, dan tersesat, apa yang akan kamu lakukan pertama kali jika kamu di tengah gua menemukan
1. Lilin
2. Lampu Petromag
3. korek api
4. lampu obor

Jawab:
1. jika kalian menjawab lilin, lampu petromag, dan lampu obor, bagaimana cara menghidupkanya???????
2. Jilka jawabanya adalah korek api, maka itu jawaban yang logis, karena korek api bisa untuk menghidupkan lilin, Lampu Petromag, dan lampu obor. hikhikhik.............

teka teki jual beli

Ali,Bayu, dan Clarisa ingin membeli sebuah buku cerita yang harganya Rp 45.000,00. Merekapun setuju untuk berpatungan sebesar Rp 15.000,00 per orang. ternyata penjualnya memberi potongan harga sehingga mereka hanya membayar Rp 40.000,00. jadi uangnya sisa Rp 5.000,00. uang tersebut dibagi kepada Ali, Bayu, dan Clarisa masing masing Rp 1.000,00. sehingga masih sisa Rp 2.000,00
Jika dihitung-hitung Ali, Bayu, dan Clarisa hanya patungan uang Rp 14.000,00 sehingga uangnya berjumlah (Rp 14.000,00 x 3) + Rp2.000,00 = Rp 44.000,00

Pertanyaannya dimanakah uang Rp 1.000,00 milik mereka???

Teka teki Matematika

Koirun memiliki uang Rp 6.000,00, Ia ingin membeli sebuah permen seharga Rp 500,00. pertanyaanya:
Berapakah uang kembalian yang diterima Koirun???
Jawab:
Jika kalian menjawab Rp 5.500,00 maka kalian termasuk anak kelas 1 SD yang belum bisa mengenal uang. karena kenapa kalian memberika semua uangnya kepada penjualnya?????